Lampu Stadion Maguwoharjo Dipasang Tahun Ini

Pemerintah Kabupaten Sleman memastikan akan memasang lampu penerangan lapangan untuk Stadion Maguwoharjo pada tahun ini. Pemasangan lampu dengan nilai anggaran Rp 7,3 miliar itu akan memungkinkan pertandingan sepak bola digelar malam hari.

Kepastian anggaran pemasangan lampu telah disetujui DPRD dalam anggaran perubahan 2009. Eksekutif tinggal melaksanakan proyeknya saja.

"Kami optimistis akhir tahun ini sudah bisa selesai," kata Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD) Sleman Samsidi, Jumat (21/8).

Sejak mulai digunakan pada tahun 2006, stadion internasional berkapasitas 40.000 penonton itu hingga kini memang belum memiliki lampu penerangan. Hal itu membuat Sleman selalu ditolak untuk menggelar pertandingan level internasional, kata Samsidi.

Pengajuan pemasangan lampu kandang klub PSS Sleman itu, tambah Samsidi, sebenarnya telah diajukan sejak tahun 2008. Namun, usulan itu selalu ditolak DPRD karena kebijakan prioritas anggaran yang tidak memungkinkan.

Namun, anggaran itu bisa terwujud tahun ini karena APBD perubahan Sleman memeroleh tambahan Rp 22 miliar setelah direvisi Gubernur DI Yogyakarta pada Juli lalu. Hal ini membuat penambahan item belanja menjadi memungkinkan, salah satunya digunakan untuk pemasangan lampu tersebut.

Pelaksanaan proyek diperkirakan dimulai pada September ini dengan pengumuman pelelangan yang memakan waktu 1-1,5 bulan. Pengerjaan proyek sendiri diperkirakan memakan waktu 2,5 bulan sehingga lampu sudah akan terpasang paling lambat akhir tahun ini.

Dihubungi terpisah, Manajer PSS Sleman Rumadi mengatakan pemasangan lampu stadion sudah menjadi kebutuhan mutlak bagi timnya. Pasalnya, tanpa lampu, pertandingan kandang PSS yang selama ini dimainkan sore hari sering terganggu jika cuaca mendung.

Selain itu, lampu stadion juga merupakan salah satu persyaratan wajib dari Badan Liga Indonesia bagi klub-klub untuk bisa ikut kompetisi Liga Super. Saat ini, PSS masih bersaing di Divisi Utama.

"Dengan dipasangnya lampu, kita sudah siap jika nanti naik kasta ke Liga Super," katanya.

by : Admin 1 [ M.fajar / Slemania Green Fort ]

PSS Sleman Di Kalahkan Persigo 2-0


Persigo Kota Gorontalo berhasil mengalahkan PSS Sleman dengan skor 2-0, pada pertandingan kompetisi Divisi Utama, yang berlangsung di Stadion Merdeka Minggu (27/12) sore.

Turun dengan pola menyerang, tim kesayangan masyarakat Kota Gorontalo tersebut sejak menit awal terus melakukan gempuran ke daerah PSS Sleman dikoordinasi Ari.

Tim PSS Sleman yang diarsiteki Yance Matmey, berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi permainan yang diperagakan anak-anak Persigo, yang dilatih M Khaidir.

Pada menit ke-25, gelandang menyerang Persigo Hendry Joel diganjal dengan keras oleh Abda. Wasit langsung memberikan hadiah tendangan bebas, namun tidak dapat dimanfaatkan oleh Iksan Abubakar.

Anak-anak Persigo Kota Gorontalo terus melakukan gempuran ke daerah lawan, dengan menerapkan pola operan pendek dari kaki ke kaki, sehingga membuat para pemain PSS Sleman kewalahan.

Usaha yang tidak henti-hentinya dari Persigo akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-39. Tendangan bebas yang dilakukan pemain bek kanan Rusdiyanto Pulukadang, mengubah skor 1-0 untuk tuan rumah.

Unggul 1-0, Persigo makin bersemangat menekan. Pada menit ke -43, kembali Ichsan Abubakar lolos dari jeratan offside yang diterapkan anak-anak PSS Sleman.

Sehingga dengan satu tendangan kaki kiri yang menusuk ke arah kanan gawang yang di jaga oleh kiper Barep, dapat mengubah kedudukan untuk keunggulan Persigo menjadi 2-0. PSS gagal mengejar, hingga Persigo menang 2-0.

by : Admin 1 [M.Fajar / Slemania Green Fort]

Incar 1 Poin Di Kandang Persigo

Skuad PSS Sleman berusaha meraih angka di kandang Persigo Gorontalo, Minggu 27 Desember ini. "Kami menargetkan meraih satu poin. Namun, kami akan berusaha untuk meraih angka penuh dengan memenangi pertandingan tandang tersebut," kata manajer PSS Sleman Rumadi di Jogja, Sabtu (26/12).

Ia mengatakan, target meraih angka di kandang Persigo Gorontalo memang bukan pekerjaan mudah. Namun, tim PSS akan berusaha mewujudkannya dengan bermain taktis dan dinamis dengan mengandalkan kerja sama yang kompak antarpemain.

"Dengan pola permainan tersebut dan strategi dari pelatih Yance Metmey diharapkan PSS dapat tampil sesuai harapan di lapangan, sehingga mampu memenuhi target minimal meraih satu angka dari lawan," katanya.

Menurut dia, kemenangan atas PSBI Blitar pada pertandingan kandang terakhir diharapkan dapat menambah semangat para pemain PSS untuk tampil maksimal di kandang Persigo. Namun demikian, para pemain PSS diharapkan mampu mengendalikan emosi saat di lapangan.

"Saat menjamu PSBI Blitar, PSS memang menang, tetapi kami menyayangkan emosi para pemain PSS yang masih sulit dikontrol. Oleh karena itu, dalam masa istirahat setelah menghadapi PSBI kami lebih menekankan pembinaan pada faktor emosi para pemain," katanya.

Ia mengatakan, jiwa muda para pemain PSS Sleman di satu sisi bisa menjadi kekuatan baru namun di sisi lain justru menjadi kelemahan. Berkaitan dengan hal itu, para pemain diharapkan mampu mengendalikan jiwa muda mereka.

"Ketika emosi bisa ditata dengan baik, maka organisasi permainan mampu dikuasai dengan baik pula. Dengan demikian, para pemain dapat mengatur irama permainan di lapangan untuk memenangi pertandingan," katanya

by : Admin 1 [M.Fajar / Slemania Green Fort]

STATISTIK PEMAIN

TOP SCORER PSS SLEMAN

3 Goal: Anang Hadi Saputra
2 Goal: Muhammad Eksan
1 Goal: Sahid Widioanta, Hasto Prasetyo

KLASEMEN SEMENTARA

No. Tim Main Menang Seri Kalah Selisih Gol PTS
1 Persiram Raja Ampat 9 8 1 0 22 - 6 25
2 PS Mojokerto Putra 10 7 0 3 13 - 6 21
3 Perseman Manokwari 9 5 2 2 11 - 4 17
4 Persibo Bojonegoro 10 5 0 5 18 - 13 15
5 Persigo Gorontalo 9 4 0 5 11 - 10 12
6 PSIR Rembang 8 3 2 3 7 - 9 11
7 PSBI Blitar 8 3 0 5 10 - 13 9
8 PSIM Yogyakarta 9 2 3 4 9 - 16 9
9 Persipro Probolinggo 7 2 2 3 2 - 7 8
10 PSS Sleman 9 2 2 5 7 - 15 8
11 Persiku Kudus 8 1 0 7 5 - 16 3

JADWAL PSS SLEMAN

1. Kamis, 26 Nov 2009 - PSIR vs PSS Sleman
2. Minggu, 29 Nov 2009 - Persiku vs PSS Sleman
3. Kamis, 03 Dec 2009 - PSS Sleman vs Persiram
4. Minggu, 06 Dec 2009 - PSS Sleman vs Perseman
5. Jumat, 11 Dec 2009 - PSMP vs PSS Sleman
6. Senin, 14 Dec 2009 - Persibo vs PSS Sleman
7. Jumat, 18 Dec 2009 - PSS Sleman vs PSBI
8. Senin, 21 Dec 2009 - PSS Sleman vs Persipro
9. Minggu, 27 Dec 2009 - Persigo vs PSS Sleman
10. Jumat, 15 Jan 2010 - PSS Sleman vs PSIM

SEJARAH SLEMANIA

PSS pernah mendapat sanksi dari Perserikatan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) untuk menggelar pertandingan tanpa penonton sebagai akibat dari pemukulan yang dilakukan oleh suporter saat PSS masih berlaga di Divisi I Liga Indonesia (Sekarang Divisi Utama). Meski setelah PSS mengajukan banding, akhirnya hukuman tersebut diganti dengan hukuman percobaan dan denda, tapi perilaku suporter tersebut dinilai merugikan tim yang dibelanya.

Oleh karena itu pengurus PSS dan beberapa tokoh suporter kemudian berinisiatif membentuk kelompok suporter sebagai langkah untuk menertibkan dan mengendalikan suporter PSS. Proses pembentukan dimulai dengan diadakannya rapat yang diselenggarakan pada 9 Desember 2000 di Griya Kedaulatan Rakyat yang diikuti oleh tokoh-tokoh suporter. Rapat tersebut akhirnya memutuskan digelarnya "Sayembara Nama Wadah Suporter PSS". Adapun ketentuan sayembara tersebut adalah bersifat terbuka, dengan syarat nama yang diusulkan mudah dikenal dan diingat, membangkitkan semangat, mampu mempersatukan semua pendukung PSS, dan maksimal terdiri dari dua suku kata.

Panitia sayembara diketuai oleh Ir.Trimurti Wahyu Wibowo, berlangsung dari tanggal 11-22 Desember 2000, dengan tempat pengumpulan hasil sayembara berada di kantor redaksi Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat. Panitia Sayembara bersama pengurus PSS yang nantinya akan menentukan nama yang dipilih.

Berbagai usulan nama datang dari masyarakat, diantaranya adalah Slemania (Sleman Mania), Slemanisti (Sleman Mania Sejati), Baladamania (Barisan Pecinta Laskar Sembada), Papesanda (Pasukan Pendukung Laskar Sembada), Lambada (Laskar Sleman Sembada), Patram (Pasukan Putra Merapi), Mapals (Masyarakat Pandemen Laskar Sembada), Korpels (Korps Pendukung Laskar Sembada), Pedati (Pendukung Laskar Sembada Sejati), Pansus (Pasukan Suporter Sleman Mania), Laksamana (Laskar Sleman Mania), dan Kalimasada (Keluarga Liga Sleman Sembada). Total terkumpul 1483 kartu pos, dan 196 surat yang mengikuti sayembara tersebut.

Dari sekian banyak peserta sayembara, sebanyak 103 peserta mengusulkan nama Slemania, yang kemudian pada tanggal 22 Desember 2000 dipilih oleh Panitia dan Pengurus PSS sebagai nama wadah suporter PSS Sleman. Pada malam itu juga dilakukan pembentukan pengurus dan deklarasi. Sementara undian bagi pemenang sayembara dilakukan pada tanggal 24 Desember 2000 di Stadion Tridadi, yang dimenangkan oleh Supribadi, warga Krapyak Kulon, Sewon, Bantul.

Keberhasilan dan antusiasme dari Slemania merupakan produk dari sebuah tradisi sepakbola yang mengakar dan meluas di segala lapisan masyarakat. Bagi masyarakat Sleman, sepakbola merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kultur sepakbola ini dibangun oleh PSS sebagai otoritas sepakbola tertinggi di Sleman, melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. PSS mampu membangun kompetisi sepakbola secara disiplin, rutin dan ketat sejak pertengahan tahun 1980-an sampai saat ini.

Sebagai wadah suporter klub sepakbola, Slemania bersifat terbuka dalam keanggotaannya. Anggota Slemania tidak hanya warga Sleman tetapi tidak tertutup kemungkinan terdapat anggota Slemania yang berasal dari daerah lainnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, bahkan dari luar ptovinsi. Dari latar belakang pendidikan, anggota Slemania sangat beranekaragam dari yang tidak mengenyam bangku sekolah sampai yang menempuh jenjang pendidikan tinggi. Begitu juga dengan latar belakang ekonomi, dimana yang kaya dan yang miskin mewarnai wadah suporter ini.

Sesuai dengan tujuan awalnya, Slemania awalnya ditargetkan sebagai alat kontrol bagi suporter PSS Sleman. Namun kehadiran wadah suporter tersebut akhirnya diharapkan dapat juga membawa sebuah transformasi karakter dari suporter anarki yang merugikan kepentingan tim dan masyarakat umum menjadi suporter atraktif dan kreatif. Ide ini tidak lepas dari momentum fenomena suporter kreatif yang waktu itu melanda dunia suporter sepakbola di tanah air.

Secara kultural pengurus Slemania mengeluarkan beberapa slogan seperti “suporter edan tapi sopan”, dan “100 % Slemania anti anarkhi” sebagai identitas bagi anggota dan organisasi Slemania. Slogan-slogan tersebut kemudian diaplikasikan ke dalam lirik lagu yang biasa dinyanyikan di stadion, dan juga di kaos maupun atribut Slemania. Strategi semacam ini diyakini cukup manjur untuk membangun kebanggaan dan kesadaran anggota Slemania agar menjadi suporter yang anti anarki, sehingga meminimalisasi potensi anarki yang dimiliki anggotanya.

Secara struktural Slemania membentuk organisasi kecil yang disebut laskar Slemania. Laskar biasanya merupakan suatu kelompok kecil yang berbasis di suatu kampung tertentu dengan anggota yang berasal dari wilayah sekitar kampung tersebut. Laskar-laskar tersebut memiliki ketua laskar yang salah satu tugasnya adalah mengkoordinasikan sekitar 20-100 anggota laskarnya baik dalam pembelian tiket, penempatan di stadion, perilaku di dalam stadion dan lain-lain. Secara tidak langsung, keberadaan laskar merupakan proses pembagian kekuasaan dalam sebuah organisasi massa seperti Slemania dan juga merupakan upaya kontrol terhadap anggota Slemania.

Selain laskar, Slemania juga membentuk Slemanona, sebuah wadah khusus yang digunakan untuk meningkatkan peran suporter perempuan baik secara kualitas dan kuantitas. Slemanona dideklarasikan pada tanggal 15 Maret 2003 di Stadion Mandala Krida. Nama Slemanona seperti halnya Slemania kemudian menjadi identitas personal yang melekat pada diri anggota-anggotanya.

Secara struktur organisasi, Slemania masih mencari format dan struktur yang tepat. Setelah dideklarasikan, kepengurusan dibentuk dari sejumlah tokoh suporter di Sleman. Ketua Slemania yang pertama adalah Ir. Trimurti Wahyu Wibowo, dengan didampingi oleh Bintarto, Kuncoro, dan Topas Sumpono sebagai Wakil Ketua. Ketua terpilih dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh susunan pengurus pusat dan koordinator wilayah. Pada awal berdirinya struktur kepengurusan Slemania masih sederhana yaitu terdiri dari jabatan ketua, sekretaris, bendahara, dan beberapa departemen seperti Humas, Transportasi, Keamanan, dan Akomodasi.

Dua tahun kemudian, tepatnya tanggal 3 Desember 2002, struktur kepengurusan yang baru dibentuk melalui Musyawarah Anggota yang diselenggarakan di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman. Dalam struktur kepengurusan yang baru ini dilakukan penambahan beberapa departemen yaitu Kesekretariatan, Suporter Tamu, Penelitian dan Pengembangan (Litbang) serta Pengembangan Suporter Wanita . Perubahan yang lain juga terjadi di tubuh Slemania, dimana kaum muda dan kalangan mahasiswa mendominasi susunan kepengurusan Slemania yang baru, menggantikan kepengurusan awal yang didominasi oleh tokoh-tokoh suporter sepakbola. Kondisi tersebut terus berlanjut hingga Musyawarah besar Slemania yang diselenggarakan pada 14 Agustus 2005.

Eksistensi Slemania telah mendapat pengakuan secara nasional. Hal ini dibuktikan dengan masuknya Slemania sebagai salah satu dari tiga nominator peraih penghargaan Suporter Favorit Sepakbola Award pada ANTV Sepakbola Award tahun 2003 bersama The Jakmania dan La Viola Tangerang. Setahun kemudian Slemania kembali masuk nominasi bersama The Mac’z Man dan Viking, hingga akhirnya berhasil terpilih sebagai Suporter Favorit ANTV Sepakbola Award tahun 2004 dan sekaligus Slemania terpilih sebagai suporter terbaik se-Indonesia. Meski beberapa anggota Slemania tidak sepakat dengan penghargaan suporter favorit, namun bagaimanapun penghargaan tersebut memberikan tantangan dan tanggung jawab yang besar bagi semua elemen Slemania untuk terus menunjukkan perilaku dan pikirannya agar sesuai dengan tujuan awal dibentuknya Slemania.

Ketua Slemania:
1. Ir. Trimurti Wahyu Wibowo (2000-2002 & 2003-2005)
2. R. Supriyoko (2006-2008 & 2009-2011)

MAGUWOHARJO INTERNATIONAL STADIUM

Stadion Maguwoharjo dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Sleman sebagai alternatif pengganti Stadion Tridadi yang merupakan homebase PSS Sleman dalam beberapa musim kompetisi. Animo masyarakat Sleman yang besar, terutama Slemania, dalam mendukung PSS setiap kali berlaga di kandang membuat kapasitas di Stadion Tridadi sudah tidak mampu menampung penonton.

Dalam kurun waktu tahun 2004 hingga 2006 dibangunlah sebuah stadion yang memiliki standar internasional. Keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan ketidaklayaan stadion Tridadi untuk menjamu tim-tim besar Liga Indonesia.

Stadion yang dibangun di Kalurahan Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman ini resmi bisa digunakan sebagai kandang PSS Sleman dalam mengikuti kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Dengan memiliki kapasitas maksimal hingga 40.000 penonton membuat stadion Maguwoharjo mampu menampung seluruh penonton yang menyaksikan tim kesayangan mereka, PSS Sleman saat bertanding. Bahkan juga bisa menampung hingga 10.000 suporter tamu yang datang.

Stadion yang memiliki nama resmi Maguwoharjo International Stadium (MIS) ini dianggap sebagai salah satu stadion terbaik di Indonesia selain Stadion Gelora Bung Karno di Jakarta, Stadion Jakabaring di Palembang, dan Stadion Jalak Harupat di Kabupaten Bandung. Bahkan, Stadion Maguwoharjo pernah digunakan oleh Timnas Indonesia dalam melakukan pertandingan ujicoba. Dalam pertandingan uji coba tersebut, PSS pernah menahan imbang Timnas Indonesia dengan skor 2-2. Dua gol PSS Sleman diborong oleh gelandang serang PSS Sleman, Slamet Nur Cahyo.

SEJARAH SINGKAT PERJALANAN TEAM HIJAU PSS MENUJU SEPAKBOLA NASIONAL

Sudah lama dan berpanjang lebar orang membicarakan bagaimana sebuah permainan sepakbola bisa baik, berkualitas tinggi. Bahkan, dalam konteks nasional, Indonesia pernah kebingungan mencari jawaban itu. Berbagai pelatih atau instruktur didatangkan dari Brasil, Jerman, Belanda dan sebagainya. Namun, toh sepakbola Indonesia tak pernah memuaskan, bahkan tekesan mengalami kemunduran.

Dari pengalaman upaya Tim Nasional Indonesia untuk membangun sebuah permainan sepakbola yang baik itu, sebenarnya ada kesimpulan yang bisa diambil. Kesimpulan itu adalah, selama ini Indonesia hanya mencoba mengkarbit kemampuan sepakbolanya dengan mendatangkan pelatih berkelas dari luar negeri. Indonesia tidak pernah membangun kultur atau budaya sepakbola secara baik. Dengan kata lain, upaya PSSI selama ini lebih membuat produk instan daripada membangun kultur dimaksud.

Pelatih berkualitas, teori dan teknik sebenarnya bukan barang sulit untuk dimiliki. Elemen-elemen itu ada dalam textbook, atau bahkan sudah di luar kepala seiring dengan meluasnya popularitas sepakbola. Indonesia termasuk gudangnya komentator. Bahkan, seorang abang becak pun bisa berbicara tentang sepakbola secara teoritis dan analitis.

Sebab itu, seperti halnya sebuah kehidupan, sepakbola membutuhkan kultur. Artinya, sepakbola harus menjadi kebiasaan atau tradisi yang melibatkan daya upaya, hasrat jiwa, interaksi berbagai unsur dan berproses secara wajar dan jujur, bertahap dan hidup.

Untuk membangun kultur sepakbola itu, jawaban terbaik adalah membangun kompetisi yang baik pula. Lewat kompetisi, tradisi sepakbola lengkap dengan segala elemennya akan berproses dan berkembang ke arah yang lebih baik. Akan lebih baik lagi kompetisi itu terbangun sejak pelakunya masih kecil, tanpa rekayasa dan manipulasi. Pada gilirannya, tradisi itu akan melahirkan sebuah permainan indah dan berkualitas, serta memiliki bentuk dan ciri khasnya tersendiri. Itu sebabnya, kenapa sepakbola Brasil, Belanda, Inggris, Jerman dan Italia tidak hanya berkualitas, tapi juga punya gaya khasnya sendiri- sendiri.

Dalam konteks kecil dan lokal, Persatuan Sepakbola Sleman (PSS), sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepakbolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. Berdiri tahun 1976, PSS termasuk perserikatan yang muda jika dibandingkan dengan PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, PSMS Medan, Persija dan lainnya.

Namun, meski muda, PSS mampu membangun kompetisi sepakbola secara disiplin, rutin dan ketat sejak pertengahan tahun 1980-an. Kompetisi itu tak bernah terhenti sampai saat ini. Sebuah konsistensi yang luar biasa. Bahkan, kompetisi lokal PSS kini dinilai terbaik dan paling konsisten di Indonesia. Apalagi, kompetisi yang dijalankan melibatkan semua divisi, baik divisi utama, divisi I maupun divisi II. Bahkan, pernah PSS juga menggelar kompetisi divisi IIA.

Maka, tak pelak lagi, PSS kemudian memiliki sebuah kultur sepakbola yang baik. Minimal, di Sleman telah terbangun sebuah tradisi sepakbola yang meluas dan mengakar dari segala kelas. Pada gilirannya, tak menutup kemungkinan jika suatu saat PSS mampu menyuguhkan permainan fenomenal dan khas.

Ini prestasi luar biasa bagi sebuah kota kecil yang berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta ini. Di Sleman tak ada sponsor besar, atau perusahaan-perusahaan raksasa yang bisa dimanfaatkan donasinya untuk mengembangkan sepakbola. Kompetisi itu lebih berawal dari kecintaan sepakbola, tekad, hasrat, motivasi dan kemauan yang tinggi. Semangat seluruh unsur #penonton, pemain, pelatih, pengurus dan pembina# terlihat begitu tinggi.

Meski belum optimal, PSS akhirnya menuai hasil dari tradisi sepakbola mereka. Setidaknya, PSS sudah melahirkan pemain nasional Seto Nurdiantoro. Sebuah prestasi langka bagi DIY. Terakhir, pemain nasional dari DIY adalah kiper Siswadi Gancis. Itupun ia menjadi cadangan Hermansyah. Yang lebih memuaskan, pada kompetisi tahun 1999/2000, PSS berhasil masuk jajaran elit Divisi Utama Liga Indonesia (LI).

Perjalanan PSS yang membanggakan itu bukan hal yang mudah. Meski lambat, perjalanan itu terlihat mantap dan meyakinkan. Sebelumnya, pada kompetisi tahun 1990-an, PSS masih berada di Divisi II. Tapi, secara perlahan PSS bergerak dengan mantap. Pada kompetisi tahun 1995/96, tim ini berhasil masuk Divisi I, setelah melewati perjuangan berat di kompetisi-kompetisi sebelumnya.

Dengan kata lain, PSS mengorbit di Divisi Utama LI bukan karena karbitan. Ia melewatinya dengan proses panjang. Kasus PSS menjadi contoh betapa sebuah kulturisasi sepakbola akan lebih menghasilkan prestasi yang mantap daripada produk instan yang mengandalkan ketebalan duit.

Dan memang benar, setelah bertanding di kompetisi Divisi Utama, PSS bukanlah pendatang baru yang mudah dijadikan bulan- bulanan oleh tim-tim elit. Padahal, di Divisi Utama, PSS tetap menyertakan pemain produk kompetisi lokalnya. Mereka adalah Muhammad Eksan, Slamet Riyadi, Muhammad Anshori, Fajar Listiantoro, Seto Nurdiantoro dan M Muslih. Bahkan, M Ikhsan, Slamet Riyadi dan Anshori merupakan pemain berpengaruh dalam tim.

Pada penampilan perdananya, PSS langsung mengagetkan insan sepakbola Indonesia. Di luar dugaan, PSS menundukkan tim elit bergelimang uang, Pelita Solo 2-1.

Bahkan, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono sendiri yang saat itu berada di Brunei Darussalam dalam rangka promosi wisata juga kaget. Kepada Bupati Sleman Ibnu Subianto yang mengikutinya, Sri Sultan mengatakan, "Ing atase cah Sleman sing ireng-ireng biso ngalahke Pelita." Artinya, anak-anak Sleman yang hitam-hitam itu (analog orang desa) kok bisa mengalahkan tim elit Pelita Solo.

Saat itu, Ibnu Subianto menjawab, "Biar hitam nggak apa- apa tho pak, karena bupatinya juga hitam." Ini sebuah gambaran betapa prestasi PSS memang mengagetkan. Bahkan, gubernur sendiri kaget oleh prestasi anak-anaknya. Akan lebih mengagetkan lagi, jika Sri Sultan tahu proses pertandingan itu. Sebelum menang, PSS sempat ketinggalan 0-1 lebih dulu. Hasil ini menunjukkan betapa permainan PSS memiliki kemampuan dan semangat tinggi, sehingga tak minder oleh tim elit dan tak putus asa hanya karena ketinggalan. Berikutnya, tim cukup tua Gelora Dewata menjadi korbannya. Bahkan, di klasemen sementara, PSS sempat bertengger di urutan pertama.

Ketika tampil di kandang lawan, Malang United dan Barito Putra, PSS juga tak bermain cengeng. Bahkan, meski akhirnya kalah, PSS membuat tuan rumah selalu was-was. Sehingga, kekalahan itu tetap menjadi catatan mengesankan. Maka, tak heran debut PSS itu kemudian menjadi perhatian banyak orang. Hanya dalam sekejap, PSS sudah menjadi tim yang ditakuti, meski tanpa bintang.

Pembinaan sepakbola ala PSS ini akan lebih tahan banting. Sebab itu, terlalu berlebihan jika menilai PSS bakal numpang lewat di Divisi Utama.
Dengan memiliki tradisi sepakbola yang mantap dan mapan, tak menutup kemungkinan jika PSS akan memiliki kualitas sepakbola yang tinggi. Bahkan, bukan hal mustahil jika suatu saat PSS bisa juara LI.

Apa yang terjadi di Sleman sebenarnya mirip dengan yang terjadi di Bandung dengan Persib-nya dan di Surabaya dengan Persebaya-nya. Di kedua kota itu, kompetisi lokal juga berjalan dengan baik, bahkan sepakbola antarkampung (tarkam) pun kelewat banyak. Maka tak heran jika sepakbola di Bandung dan Surabaya sangat tangguh dan memiliki ciri khas tersendiri. Oleh karena itu, jika tradisi sepakbola di Sleman bisa dipertahankan bahkan dikembangkan, tak menutup kemungkinan PSS akan memiliki nama besar seperti halnya Persib atau Persebaya. Semoga!

Gallery Photo Dan Wallpaper













Jual Kostum Resmi Latihan PSS Sleman

Theodore Wira Adi (Salah satu anggota official tim PSS Sleman) mempunyai ide dengan membantu PSS Sleman yang saat ini sedang membutuhkan biaya untuk penambahan kostum latihan. Maka dia membuat replika kaos resmi latihan PSS Sleman yang sama persis dengan yang dipakai oleh pemain PSS Sleman latihan. Kaos latihan PSS Sleman ini dijual dengan harga Rp. 50.000,- dengan rincian Rp. 30.000,- biaya produksi dan Rp 20.000,- disumbangkan kepada pemain.
Keterangan:
1). Kaos dengan no. punggung 6 nama Abda Ali = 6 ukuran M dan 4 ukuran L
2). Kaos dengan no. punggung 8 nama Anang Hadi = 9 ukuran M dan 5 ukuran L
3). Kaos dengan no. punggung 23 nam Agus Purwoko = 15 ukuran M dan 7 ukuran L
Bagi yang berminat bisa hubungi: Don Pedro 085643168899

[ by : Admin ]